Pertama di Indonesia, Kulit Sagu Menjadi Pelet
Selama ini kulit batang sagu yang hanya menjadi limbah atau bagian yang tidak termanfaatkan oleh pihak perusahaan pengolahan sagu ternyata bernilai ekonomis tinggi. Tak tanggung-tanggung kulit sagu atau yang sering disebut dengan uyung itu kini setelah diproduksi lagi menjadi pelet atau arang briket mampu menjadi salah satu potensi yang hanya satu-satunya diproduksi di Indonesia.
Adalah PT SaraRasa Biomass (FILANDIA) selaku pihak investor yang melirik uyung yang berada di Kepulauan Meranti sejak tahun 2012 lalu. Melihat uyung hanya menjadi sampah bagi perusahaan pengolahan sagu, baik berskala besar, maupun perusahaan pengolahan milik masyarakat tempatan. Perusahaan tersebut mengambil tempat di Dusun Tanah Kuning, Desa Bokor Kecamatan Rangsang Barat atau tepatnya di lokasi PT Unisraya. Peluang itu diambil oleh pihak perusahaan asal Finlandia yang menyatakan niat ingin mengelola kulit sagu menjadi pelet pada tahun tahun 2011 lalu. Setelah penjajakan dan melakukan komunikasi serta koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti, tanggapan terbuka langsung disampaikan Bupati Kepulauan Meranti, Drs Irwan Nasir MSi. Bahkan bupati daerah termuda itu langsung merangkul dan membantu penyelesaian segala kepengurusan izin perusahaan asing itu masuk ke Meranti. Bahkan tax holiday langsung diberikan kepada perusahaan tersebut. Berjalannya waktu hingga dengan segala persiapan, termasuk mendatangkan mesin pengolahan untuk menjadikan kulit sagu menjadi arang briket datang dari Finlandia. Akhirnya pada Selasa (11/6) dilakukan launching produksi pelet tersebut. Harapan besar produksi satu-satunya di Indonesia itu dapat menjadikan Kabupaten Kepulauan Meranti terbawa-bawa sebagai daerah yang paling terbuka terhadap masuknya berbagai sektor investasi di Indonesia.
‘’Kita akan selalu terbuka terhadap masuknya investasi di Meranti. Karean diyakini bisa membantu kita dalam mengatasi masalah pengangguran dan peningkatan ekonomi masyarakat,’’ kata Bupati Irwan lagi beberapa waktu lalu.
Membantu Masyarakat
Sebagai daerah yang menjadi pelopor dalam teknologi produksi bahan bakar bioenergi. Limbah sagu berupa kulit yang tidak dimanfatkan selama ini kini dimanfaatkan oleh perusahaan asal Finladia tersebut untuk memproduksi pelet yang akan diekspor ke luar negeri itu. Pelet itu kemudian diolah menjadi bahan bakar. Sementara bahan bakunya berupa kulit sagu akan terbuka bagi seluruh masyarakat yang ingin menjualnya ke pihak perusahaan. Untuk diketahui, selama ini pengolahan sagu dengan kapasitas besar maupun kecil pasti akan menyisakan limbah, baik padat maupun cair. Tak heran limbah pengolahan sagu menjadi permasalahan tersendiri bagi daerah-daerah yang memiliki kilang pengolahan sagu tersebut.
Biasanya limbah sagu yang sudah terakumulasi dibuang oleh para pengelola kilang ke sungai-sungai yang berada di sekitar kilang kilang sagu tersebut. Seperti limbah padat berupa uyung akan menjadi menggunung selama ini dan terbiarkan tanpa dimanfaatkan. Kondisi tersebut merupakan potensi tersendiri bagi daerah-daerah penghasil sagu, selain mendapatkan hasil dari pati sagu itu sendiri tetapi limbahnya pun dapat menjadi komoditi yang juga bernilai jika diolah dan dikemas sedemikian rupa. Uyung juga bisa diolah menjadi barang penghasil energi, yang menjadi sumber bahan bakar yang dikemas dalam bentuk arang briket. Peluang inilah yang sedang dilirik oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti saat ini. Berbagai peluang tersebut coba direbut dan dimenej sedemikian rupa oleh pemkab untuk mengembangkan potensi daerah yang merupakan penghasil sagu terbesar di Indonesia. Untuk uyung sendiri, petani sagu di Kepulauan Meranti bisa menjualnya dengan harga Rp75 ribu per meter kubik kepada PT SaraRasa, perusahaan yang memproduksi bahan bakar jenis arang briket.
Irwan bersyukur atas kehadiran perusahaan yang bisa menjadikan limbah kulit sagu itu menjadi bahan kualitas ekspor. Dia juga menawarkan kepada investor itu agar bersedia membangun pembangkit listrik di Meranti dengan berbahan kulit sagu dan ampas sagu itu. Bupati Irwan juga menginstruksikan kepada seluruh jajaran Pemkab Meranti agar mendukung kepengurusan yang diperlukan oleh PT SaraRasa Biomass. Baik mengenai perizinan, transportasi dan lain sebagainya.
‘’Semakin maju perusahaan, maka secara otomatis akan membantu memajukan ekonomi masyarakat kita nantinya. Maka dari itu kita harus mendukung perusahaan ini, karena dengan begitu sama saja kita akan membantu masyarakat kita untuk maju dan berkembang,’’ ajak bupati.
Sebelumnya CEO PT SaraRasa Biomass dan CEO FinnFund, Saku Rantanen, saat launching mengatakan, perusahaan yang mereka bangun di Meranti menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang memanfaatkan limbah sagu. Perusahaan ini sangat ramah lingkungan dan memiliki masa depan yang cukup gemilang. Sebab bahan bakunya bisa diperbaharui di mana limbah yang mestinya sudah dibuang itu ternyata bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar ramah lingkungan sehingga mengurangi emisi gas karbon di udara.
‘’Mimpi kami saat ini menjadi nyata, kami harap semua pihak bisa mendukung usaha tersebut sehingga pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat akan kita raih nantinya. Perusahaan kami sangat menghargai lingkungan. Untuk itu SaraRasa hadir untuk memberi kemajun bagi Kepulauan Meranti,’’ ujar Rantanen.
dimana alamat Pt,nya ne,, ane mau coba kesana,
ReplyDeletePt.ini sudah pergi dari meranti
ReplyDelete