Message From Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti

Sebagai daerah otonom baru, Pemkab Kepulauan Meranti sangat menyadari pentingnya peran kalangan Investor dalam memacu peningkatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Investor ibarat sebagai AYAM BERTELUR EMAS, "Kami berkomitmen siapa yang berinvestasi di Kepuluan Meranti mereka wajib UNTUNG". Pemkab Kepulauan Meranti menggaransi kemudahan pelayanan perizinan, iklim yang kondusif untuk berinvestasi, bebas pajak dalam waktu tertentu (tax holiday) dan kemudahan fasilitas investasi lainnya. Kami menawarkan peluang Investasi andalan di berbagai bidang; Pertambangan (Migas), Pertambangan Timah, Pasir laut dan pasir kuarsa, Perkebunan (Industri Sagu), Perikanan, Perdagangan, Industri Pengolahan Garam, Budi daya Sarang Burung Walet, Kawasan Pelabuhan Internasional, dan sumber daya alam lainnya yang belum tergarap. #WELLCOME TO INVESTOR#

Wednesday, July 31, 2013

Meranti Jadi Cluster Sagu Nasional





Kunjungan Ditjen Perkebunan dan Rombongan

SELATPANJANG (HK)- Sebanyak 29 orang perwakilan Ditjen Perkebunan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Dinas Perkebunan Provinsi Papua dan Papua Barat, sejak Minggu (3/3) bertandang ke Selatpanjang untuk belajar pengolahan dan pengembangan varietas unggul persaguan di Kepulauan Meranti. Usai melakukan ramah tamah dengan Pemmkab Meranti dan meninjau lokasi pembibitan sagu di Lalang Tanjung, rombongan Dinas Perkebunan Provinsi Papua Barat dan Papua itu langsung turun meninjau industri pengolahan sagu PT National Sago Prima di Kepau Baru Kecamatan Tebing Tinggi Timur.
"Kami ingin melihat langsung industri pengolahan sagu Meranti, baik yang dikelola masyarakat maupun PT NSP. Meskipun Papua memilik potensi perkebunan sagu terluas di Indonesia, dari sisi pengolahan Meranti jauh lebih maju. Dan tak salah kalau pemerintah menjadikan Meranti sebagai cluster sagu Nasional," puji Ditjen Perkebunan Propinsi Papua, Murti Hastuti menyimpulkan hasil kunjungannya ke PT NSP sebelum berangkat ke Jakarta menuju Propinsi Papua, Selasa (5/3).
Menurut Murti, Meranti memang merupakan salah satu kabupaten termuda di Indonesia. Namun dari sisi pengalaman pengembangan perkebunan sagu, maupun tekhnologi pengolahan industri sagu, Meranti merupakan pioner. "Industri pengolahan sagu di Meranti sudah berkembang lama dan sudah mampu mengekspornya ke luar negeri. Apalagi dengan hadirnya PT NSP, potensi industri pengolahan sagu semakin maju," ujar Murti.
Dari apa yang dilihat di PT NSP, kata Murti, industri pengolahan sagu di Meranti memang sudah sangat maju. Dan ia sangat tertarik dengan proses pengembangan industri pengolahan sagu yang dilakukan PT NSP di Kepau Baru tersebut. "Kami ingin suatu saat Propinsi Paua mau pun Papu Barat akan tumbuh industri pengolahan sagu seperti Meranti, dan ada investor yang mau menanamkan modalnya di persaguan seperti PT NSP," ujar Murti.
 

Perlu Belajar dari Meranti 
Ketua Tim Peniliti Persaguan IPB Prof Bintoro, menambahkan, pemerintah pusat berencana akan mengembangkan produksi sagu di wilayah Papua. Dengan potensi perkebunan sagu yang luas di Papua, pemerintah menilai pengembangan industri sagu di kawasan Timur Indonesia ini bisa bekembang pesat. Namun sayang, industri pengolahan sagu di Papua belum berkembang. Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah mengimbau Pemda Propinsi Papua dan Propinsi Papu Barat untuk memulainya  dengan belajar di Kepulauan Meranti.
"Meranti telah memiliki teknologi maju dalam pengolahan sagu, ditambah dengan kahadiran perusahaan PT National Sagu Prima (PT NSP). Sehingga industri pengolahan sagu di Meranti semakin berkembang pesat. Kita akui, sagu Meranti atau Selatpanjang telah mendunia dan mampu menembus ekspor ke luar negeri," kata Bintoro.
Bupati Kepulauan Meranti, Drs Irwan Nasir MSi, saat acara ramah tamah dengan para tamu dari Ditjen Perkebunan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Dinas Perkebunan Provinsi Papua dan Papua Barat, menyatakan rasa bangga dan keterbukaan Pemkab Meranti terhadap pihak luar yang ingin datang ke daerah ini. Menurutnya, masyarakat Meranti juga telah mengenal dan menjadikan sagu sebagai makanan pokok sejak turun temurun.
"Kami menerima tamu dari mana pun juga untuk belajar tentang ilmu persaguan di sini," tutur Irwan. Kata Irwan, dengan potensi sagu yang cukup besar di Papua dan Papua Barat, tentunya hal ini bisa menjadi kekuatan bagi daerah paling timur Indonesia itu untuk bangkit membangun daerah. 
"Kami melihat Papua sebagai 'raksasa' yang sedang tidur. Tinggal perlu usaha untuk membangunkan 'raksasa' ini. Dan Papua juga bisa mengembangkan sagu tersebut," tandas Irwan.(rus)






Tuesday, July 30, 2013

Kemajuan Empat Tahun Kabupaten Kepulauan Meranti Mulai Terlihat



SELAT PANJANG, Rakyat Media-Kemajuan pembangunan Kabupaten Kemupalauan Meranti saat ini mulai terlihat. Khususnya pembangunan fisik infrastruktur seperti jalan dan jembatan sudah tertata dengan baik. Dimana sebelumnya jalan jalan yang menghubungkan dari desa ke desa lain masih merupakan jalan tanah saat ini jalan dan jembatan di kota Selat Panjang sudah terbangun.
Dengan giatnya Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti, terus meningkatkan pembangunan infrastruktur baik jalan maupun jembatan otomatis tingkat perekonomian masyarakat Kepulauan Meranti kedepannya semakin meningkat.
Sebagaimana disampaikan Bupati Kepulauan Meranti Drs.Irwan Nasir MSi menjelaskan bahwa perkembangan Kabupaten Kepulauan Meranti terus mengalami kemajuan. Dimana tingkat kemiskinan yang sebelumnya 42 persen, saat ini menjadi 34 persen. Pertumbuhan ekonomi empat tahun lalu 5,6 persen, pada tahun 2012 ini mencapai 8,45 persen.
Oleh karena itu, Bupati Kepulauan Meranti, Drs Irwan Nasir MSi mengajak para pejuang pembentukan Kabupaten Kepulauan Meranti untuk tetap konsekwensi membangun daerahnya setelah pemekaran. Para pejuang harus siap tidak dapat apa-apa, siap tidak menjadi siapa-siapa dan siap bila ditinggalkan.
"Saya teringat pertanyaan dan pesan Ketua Fraksi PDI-P DPR-RI, Sabam Sirat saat 9 orang perwakilan menyampaikan aspirasi pembentukan kabupaten pada tahun 2009 lalu. Kala itu dia bertanya, apakah para pejuang siap tidak dapat apa-apa?, siap tidak jadi siapa-siapa? dan siap bila ditinggalkan?. Kalau siap, berjuangkanlah terus, kami akan berada dibelakang anda. Tapi kalau tidak siap, tinggalkan rumah ini dan jangan pernah datang lagi," ungkap Irwan, menirukan pesan Sabam Sirait.
Irwan mengingatkan, para pejuang pemekaran untuk merenungkan kembali perjuangan pemekaran Kabupaten Kepulauan Meranti. Karena katanya, pejuang yang telah mengorbankan harta benda, dana dan waktu sangat banyak, baik itu yang diketahui masyarakat, maupun yang tidak diketahui masyarakat. "Jika dilihat, jumlah pejuang daerah ini seperti gunung es, yang terlihat saat ini hanya yang dipermukaan gunung itu saja.
Padahal pejuang Meranti jumlahnya ribuan, dan gaung pemekaran itu disuarakan secara nasional, bahkan sampai ke Kanada perjuangan daerah ini juga disuarakan," kata Irwan mengenang kembali masa-masa perjuangan pemekaran Kepulauan Meranti. Dikatakan Irwan, barang kali masih banyak harapan yang disandarkan kepada Pemerintah belum bisa terpenuhi, namun pemerintah daerah sudah berupaya meningkatkan stabilitas pendapatan daerah, disamping masih ada kendala bekas-bekas perjuangan yang tersangkut pada beberapa pihak.
"Meski APBD Kabupaten Kepulauan Meranti pada tahun 2012 meningkat mencapai Rp 1,2 Triliun. Namun APBD tersebut belum cukup membangun Meranti dalam waktu singkat, karena anggaran untuk pembangunan bisa tiga kali lipat dibanding daerah lainnya di Provinsi Riau," katanya.
Irwan menambahkan, pada penghujung 2012 ini, Pemerintah Daerah akan mulai membangun sebuah jembatan yang akan merangkai pulau, yakni di Selat Rengit yang menghubungkan Pulau Tebingtinggi dengan Pulau Merbau. Menurut Bupati, prioritas Pemerintah Daerah membangun jembatan Selat Rengit karena 40 persen kemiskinan ada di Pulau Merbau,"ujarnya.(rm/mwd/mt)



Monday, July 29, 2013

Bupati: Investor Asal China Jadikan Meranti Tujuan Investasi Baru



SELATPANJANG(riaueditor) – Setelah PT Sara Rasa Biomas, industry pengolahan limbah ruyong sagu menjadi bioenergi yang melibatkan investor asal Finlandia, kini sejumlah investor asal Cina juga tidak mau ketinggalan. Mereka datang ke Kabupaten Kepulauan Meranti untuk melakukan investasi di berbagai bidang industry pengolahan sumber daya alam, listrik, gas, air bersih dan infrastrutktur lainnya. Kedatangan Investor asal Republic of China itu mendapat sambutan baik dari dari pemerintah kabupaten Kepulauan Meranti.
Menyikap hal tersebut Bupati Kepulauan Meranti Drs Irwan, MSi, Kamis malam  (14/6) mengungkapkan hasil pertemuannya dengan sejumlah pengusaha asal Cina Kamis kemarin di Kantor Bupati Kepulauan Meranti. Selain melakukan pertemuan dengan pihak jajaran Pemda Kepulauan Meranti, sejumlah investor asal Cina ini juga mendapatkan paparan berbagai potensi sumber daya alam Meranti, program pembangunan infrastruktur yang bisa menjadi alternative pilihan investasi, kata Bupati.
Dikatakan Bupati, Sejumlah investor asal Cina ini menjadikan Meranti sebagai tujuan investasi baru di Riau dan Indonesia. Dan kita dari pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Meranti  tetap berkomitmen memberikan jaminan kemudahan pelayanan perizinan, keamanan yang kondusipi, tax holiday dan jaminan keuntungan bagi investor. “Kalau tidak untung, untuk apa investasi di Meranti,” ujar Bupati.
Ditambahkan Bupati, Saat ini perkembangan Investasi di wilayah Kepulauan Meranti terus meningkat. Banyaknya potensi sumber daya alam yang belum tergali secara optimal menjadi daya tarik para investor Cina. Hanya saja, secara detail, para investor Cina ini belum mendapatkan gambaran Meranti itu dimana dan seperti apa. Soalnya, selama ini Meranti belum dikenal luas, hanya Selatpanjang yang mereka kenal. Untuk itu, dengan kedatangan rombongan pengusaha asal Cina ini ke Meranti menjadi peluang yang sangat bagus bagi daerah ini untuk berkembang lebih cepat lagi, tandas Bupati.
Siap Bangun Industri di Meranti
Yuan Wei, salah seorang investor asal Cina sebelum berlepas ke Singapura melalui Pelabuhan Tg Harapan Selatpanjang, Kamis  (14/6) mengatakan Meranti ibarat untaian mutiara  bagi dunia investasi. Meranti memiliki banyak potensi sumber daya alam. Letaknya yang tidak jauh dari kawasan niaga Selat Malaka, Singapura dan Malaysia menjadikan Meranti sangat strategis untuk pengembangan industry. Apalagi, kawasalan lahannya yang terbuka dengan perairan sangat mendukung untuk menunjang kelancaran dunia usaha.
Dikatakan Yuan Wei, terdapat beberapa potensi yang menarik untuk diinvestasikan di Meranti seperti listrik, air bersih, pertambangan gas, pengembangan energy alternative berbasis pengolahan limbah   dan pembangunan infrastruktur baik jembatan maupun pelabuhan. “Saat ini hanya persoalan waktu, ini merupakan tahap awal penjajakan dengan pemerintah Kabupaten (pemkab) Kepulauan Meranti. Kita sudah melihat komitmen Pemkab kepulauan Meranti untuk menciptakan kondisi keamanan yang kondusif, kemudahan dalam pelayanan pengurusan perizinan  dan sebagainya. Kita siap untuk datang kembali ke Meranti, membangun industry di sini. Soal industry apa yang mau dibangun, itu kita lihat kedepan. Yang jelas, kita memang sudah komitmen untuk investasi di Meranti ini,“ imbuhnya.
Sementara, Bupati Irwan MSi menyambut baik komitmen investor China membangun industry di Meranti, “Well Come, kita siap menerima kapan saja. Dan Meranti terbuka untuk semua investor, asalkan mereka siap bersinergi dengan Pemda dalam menggesa percepatan pembangunan guna mensejahterakan masyarakat, sebab kita optimis, Meranti kedepan akan tumbuh menjadi kawasan niaga dan industry baru di Riau,” ungkap Irwan.(sw)



Bupati Irwan akan Permudah Investasi REI






SELATPANJANG - Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti sangat menyambut baik rencana investasi Real Estate Indonesia (REI) di daerah ini. Pasalnya, ketersediaan rumah yang benar-benar layak huni masih menjadi masalah tersendiri bagi masyarakat dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mengabdi di daerah ini.
Demikian disampaikan Bupati Kepulauan Meranti, Drs Irwan MSi baru-baru ini di Selatpanjang. Dikatakannya, untuk mengantisipasi persoalan itu, pemkab menyatakan siap memfasilitasi izin rencana investasi Real Estate Indonesia (REI) untuk membangun perumahan di daerah ini.
"Mudah-mudahan ini menjadi solusi bagi masyarakat dan pegawai dalam mendapatkan rumah tempat tinggal yang benar-benar layak," kata bupati.
Kebijakan Pemkab Kepulauan Meranti untuk mengakomodasi investor di bidang properti itu bukan tanpa alasan, selama ini begitu banyak masyarakat di daerah ini yang dihadapkan dengan persoalan tempat tinggal, terutama bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Akibatnya, banyak di antara mereka harus 'menyekolahkan' SK 100 persen demi memenuhi kebutuhan tersebut.
"Selama ini kita melihat begitu banyak PNS yang terpaksa menyekolahkan SK 100 persen mereka. Ini bisa berimbas kepada merosotnya semangat kerja. Bila penghasilan yang diterima sudah terlalu sedikit akibat pemotongan di bank, maka semangat kerja pun pasti menurun. Kita tidak mau itu terjadi, makanya kita gandeng REI untuk membangun perumahan di Kepulauan Meranti agar masyarakat dan PNS bisa mendapatkan rumah yang benar-benar layak huni. Dan kepada PNS saya himbau agar jangan terburu-buru menyekolahkan SK-nya," kata Irwan.
Menggandeng investor yang bergerak di bidang properti kata Bupati Irwan, juga merupakan langkah strategis dalam menekan inflasi, karena sektor perumahan dan bangunan juga tercatat sebagai penyumbang inflasi besar di Kepulauan Meranti. Belum lagi sektor transportasi dan lainnya.
"Kita siap memberikan berbagai kemudahan lahan untuk areal pengembangan perumahan di Kepulauan Meranti. Welcome, kita siap memberikan jaminan keuntungan berinvestasi di daerah ini, termasuk bagi investor yang berniat membangun perumahan di daerah ini," ujarnya. Lebih jauh Irwan menjelaskan, iklim investasi yang kondusif dan dipicu dengan program percepatan pembangunan menjadikan Kepulauan Meranti sebagai daerah baru yang terus menggeliat. "Besarnya potensi sumber daya alam yang dimiliki, menarik investor untuk menanamkan modalnya di daerah ini," kata Irwan.
Dalam kurun waktu empat tahun pasca pemekaran, nilai investasi di Meranti terus meningkat mendekati angka Rp1 triliun. Semuanya bergerak dalam bisnis pengelolaan potensi sumber daya alam, mulai dari pertambangan, air bersih, pertanian, perkebunan mau pun pengolahan industri perkebunan.
Selain itu, geliat usaha kecil dan menengah juga turut mengalami peningkatan dengan total investasi mencapai Rp 28 Miliar lebih. Potensi inilah yang menjadi variabel kuat bagi Pemkab Kepulauan Meranti dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan daerah. (rep02/mtr)

Bupati: Meranti Butuh 28.000 Ton Beras Pertahun



RANGSANG BARAT – Kabupaten Kepulauan Meranti saat ini membutuhkan sebanyak 28.000 Ton Beras pertahun, sementara produksi beras di daerah ini baru berkisar 7.000 Ton pertahun. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah sangat perlu mempertahankan lahan pertanian yang tersedia di Pulau Rangsang seluas 4.200 hektar.
Hal itu diungkapkan Bupati Kepulauan Meranti, Drs Irwan Nasir MSi, dalam sambutannya pada Pencanangan Agropolitan dan Lumbung Pangan Kawasan Kabupaten Kepulauan Meranti di Desa Sendaur Kecamatan Rangsang Barat, Selasa (16/10).
Hadir pada acara pencanangan itu, Direktur Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian (SPP) Kementerian Pertanian, H Sumarjo Gatot Irianto, Anggota DPR RI, H Wan Abubakar MS, Wakil Gubernur Riau, HR Mambang Mit, Ketua DPRD Kepulauan Meranti, Hafizoh SAg, Wakil Bupati, H Masrul Kasmy, Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Meranti, Yulian Norwis SE MM dan sejumlah Anggota DPRD dan Kepala SKPD dilingkungan Pemkab Kepulauan Meranti.
“Dari lahan pertanian padi seluas 4.200 hektar yang ada di Kecamatan Rangsang Barat dan Rangsang Pesisir, saat ini yang sudah tergarap baru seluas 2.000 hektarnya. Dari garapan itu, Kepulauan Meranti baru bisa menghasilkan produksi beras sebanyak 7.000 Ton pertahun, sementara kebutuhan beras masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti mencapai 28.000 Ton pertahun,” ungkap Bupati Irwan.
Atas kekurangan suplai beras tersebut, Bupati Irwan mengharapkan kepada para Camat dan Kepala Desa dapat mempertahankan luas lahan yang tersedia di dua Kecamatan itu, untuk tetap menjadi lahan pertanian padi atau persawahan. Karena bila lahan seluas 4.200 hektar itu mampu memproduksi beras dengan dua kali panen dalam setahun, maka kebutuhan 28.000 Ton beras setahun dapat terpenuhi bagi kebutuhan masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti.
“Caranya, para Camat dan Kepala Desa tidak memberikan izin alih fungsi lahan menjadi lahan perkebunan, bahkan menjadi lahan permukiman. Ini merupakan kerja keras dan tanggungjawab kita semua. Jika jumlah lahan pertanian yang dibutuhkan untuk memproduksi kebutuhan pangan sudah sangat terbatas, maka kondisi tersebut dapat mengancam ketersediaan pangan bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti sendiri,” ujarnya.
Disamping itu, kata Bupati Irwan, Pemerintah Daerah juga akan memperhatikan keseimbangan kebutuhan masyarakat yang bergerak dibidang pertanian, khususnya di wilayah lumbung pangan yang ada di Kecamatan Rangsang Barat dan Rangsang Pesisir ini. “Pemkab akan lebih memberikan perhatian kepada para petani dalam mendukung program menuju swasembada pangan di daerah ini,” kata Bupati.(HUMAS)


Industri Garam akan Segera Beroperasi di Pulau Rangsang




Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Kepulauan Meranti Basiran, kemarin mengatakan dengan beroperasinya industri pengolahan garam di Pulau Rangsang pada tahun 2013 ini, diharapkan akan berdampak positif bagi percepatan pembangunan di Meranti. Untuk itu, apa yang harus dilakukan Pemkab Meranti sekarang ini adalah membangun iklim yang lebih kondusif agar investasi industri garam ini benar-benar tumbuh dan berkembang dengan cepat.
"Komisi II mendukung penuh beroperasinya industri pengolahan garam di Pulau Rangsang tersebut. Kita harpakan, dengan beroparasinya industri pengolahan garam ini akan mampu ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat dan daerah. Untuk itu, sebagai konsekuensi investasi jangan panjangnya, masyarakat setempat harus turut dilibatkan secara lansung dalam pengoalhaan industri garam ini" ujarnya.
Komitmen investor Korea untuk segera mengoperasikan industri garam di Pulau Rangsang ini urai Basiran, akan membawa damak positif bagi Pemkab Meranti baik secara ekstrenal maupun internal. Secara eksternal,dengan beroperasinya industri yang melibatkan investor aasing ini jelas akan memberikan kepercayaan kepada publik diluar, bahwa Meranti benar-benar kondusif bagi iklim investasi.
Hal ini tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pemerintah pusat maupun propinsi untuk menjadikan Meranti sebagai salah satu tujuan investasi. Baik untuk investor nasional maupun asing yang sekarang ini memang tertarik untuk membangun usaha di Indonesia.
Sedangkan di sisi internalnya, dengan beroparasinya industri pengolahan garam ini jelas akan berdampak positif bagi peningkatan ekonomi masyarakat dan PAD Meranti. Untuk itu, komitmen Pemkab Meranti untuk memberikan jaminan keamanan investasi, pelayanan yang prima bersih dari praktek pungli dan KKN, harus benar-benar diterapkan. Karena ini merupakan bagian terpenting dalam membangun kepercayaan investor.
"Kalau ini berjalan secara maksimal, tinggal bagaimana upaya Pemkab Meranti dalam membangun sinergi dengan pihak perusahaan. Baik yang menyangkut persoalan serapan tenaga kerja, penerpaan program CSR sebagai tanggung jawab moral perusahaan, maupun dalam persoalan dinamika pembangunan lainnya. Termasuk komitmen perusahaan dalam penanganan amdalnya" beber Basiran Sarjono lebih lanjut.(RUS/RAYAN)

5 Kepala Daerah Saksikan Pemancangan JSR (Jembatan Selat Rengit)




Kelima kepala daerah secara bersama-sama menekan sirine tanda dimulainya pembangunan megaproyek jembatan sepanjang 1,4 kilometer tersebut. Seremoni dimulainya pemancangan perdana itu dilakukan di lokasi pembangunan jembatan yang berada di Desa Mekong Kecamatan Tebing Tinggi Barat.
Proyek yang menelan biaya sekitar Rp 460 milyar tersebut dikerjakan oleh konsorsium tiga perusahaan yakni PT Nindya Karya, PT Riles dan PT Mangkubuana. Rencananya, proyek multiyears tersebut akan dikerjakan dalam tiga tahun.
Bupati Irwan Nasir dalam sambutannya mengatakan, proyek tersebut sepenuhnya dibiayai APBD Kabupaten Kepulauan Meranti yang bersumber dari dana perimbangan pusat-daerah. Untuk itu dia mengharapkan Pemerintah Provinsi Riau ikut membantu pendanaan proyek tersebut.
“Jembatan ini menelan dana sekitar Rp 460 milyar. Meski sudah tercantum dalam APBD namun sesungguhnya dana tersebut belum ada. Untuk itu kita sangat membutuhkan bantuan dari pusat dan terutama Pemerintah Provinsi Riau agar ikut membiayai pembangunan jembatan ini,” pinta Irwan.
Menurutnya, jembatan Selat Rengit bagaikan mimpi jadi nyata bagi masyarakat Kepulauan Meranti. Jembatan tersebut akan membuka akses transportasi dan ekonomi dari Pulau Merbau yang merupakan daerah paling miskin di Kepulauan Meranti. Jembatan itu juga akan menjadi ikon daerah dan lokasi di sekitarnya akan disulap menjadi kawasan wisata mangrove.
“Jembatan ini sangat penting artinya dalam membuka keterisolasian daerah terutama Pulau Merbau yang selama ini merupakan konsentrasi penduduk miskinnya paling banyak di Meranti,” ungkap dia.
Sementara itu Plt Gubernur Riau Mambang Mit menyatakan dukungan penuh atas pembangunan jembatan Selat Rengit (JSR) yang memang dibutuhkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dia menegaskan jembatan itu akan sangat membantu Pemprov Riau dalam mengurangi kemiskinan di pedesaaan terutama di Kabupaten Kepulauan Meranti.
“Segala sesuatu apabila dikerjakan bersama-sama akan jadi mudah, termasuk pembangunan jembatan Selat Rengit ini. Kita harus yakin bisa menuntaskan proyek ini,” tegas Mambang.
Mambang juga menjelaskan kehadiran dirinya dan kepala daerah lainnya di menyaksikan langsung pemancangan tiang perdana proyek tersebut selain untuk memberikan dukungan moral juga menghadiri Forum Regional Kawasan Riau Pesisir yang dianggotai Kabupaten Siak, Kabupaten Bengkalis, Kota Dumai, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Kepulauan Meranti. Dia berharap kabupaten lain di pesisir Riau seperti Kabupaten Rokan Hilir juga diajak dalam forum tersebut.
“Forum seperti ini sangat besar manfaatnya dalam membangun sinergi baik visi dan desain pembangunan yang tepat dan saling melengkapi bagi wilayah pesisir Riau,” jelas Mambang.
Acara pemancangan proyek ini juga mendapat antusias warga Desa Semukut Kecamatan Pulau Merbau dan warga Desa Mekong Kecamatan Tebing Tinggi Barat. Warga menyambut kedatangan rombongan Bupati dan Plt Gubernur dengan kompang dan persembahan music tradisional.(humas)

Sunday, July 28, 2013

Bupati Irwan Sambut Positif Dukungan ADB



SELATPANJANG – Bupati Kepulauan Meranti, Drs Irwan Nasir MSi menyambut positif adanya dukungan dana dari Asian Development Bank (ADB) melalui kegiatan Rancangan Infrastruktur Spot Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (RIS-PNPM) di Kabupaten Kepulauan Meranti. Bupati mengharapkan program itu bisa memprioritaskan desa-desa terpencil dan masih tergolong tertinggal.
"Pemkab Kepulauan Meranti sangat menyambut positif terhadap pelaksanaan RIS-PNPM ini. Kita siap join program dan sharing pendanaan, namun kita harapkan kegiatan ini bisa lebih memprioritaskan desa-desa yang tingkat kemiskinannya sangat tinggi dan infrastrukturnya masih terbatas,” kata Bupati Irwan, dalam sambutannya didampingi Kepala Bappeda, Drs M Azza Faroni, saat menerima kunjungan Tim perwakilan ADB dan sejumlah Satker program RIS-PNPM dari Pusat dan Provinsi, Selasa (9/10) diruang rapat Melati Kantor Bupati.
Bupati memaparkan, wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti yang dekat dan berbatasan langsung dengan Negara tetangga Singapura dan Malaysia, hingga saat ini masih dalam kondisi keterbatasan. Desa-desa yang ada di daerah ini, umumnya dihuni oleh masyarakat golongan ekonomi lemah, dan masih sangat terbatas infrastruktur.
“Di beberapa desa yang ada di pulau terluar, ancaman abrasi pantai merupakan permasalahan pokok yang sedang dihadapi, termasuk belum terbangunnya jalan poros yang menghubungkan antar desa dan kecamatan. Untuk mengatasi itu, APBD Kabupaten Kepulauan Meranti tentunya tidak mampu mendukung pembangunan yang optimal, bila tanpa didukung oleh anggaran dari Pemerintah Pusat dan Provinsi,” kata Bupati.
Perwakilan ADB, Siti Hasanah, mengatakan kunjungan ke Kabupaten Kepulauan Meranti ini dalam rangka untuk melihat langsung bagaimana bentuk pelaksanaan pekerjaan, proses pembangunan dan bentuk pemanfaatan berkelanjutan yang dilakukan di lapangan, terhadap program yang sudah diluncurkan sebelumnya.
“Dalam kesempatan kunjungan ini, kami juga akan menyerap berbagai masukan, bahkan komplain dari seluruh stakeholder dilapangan, seperti di Desa Alai, Desa Tanjung dan Desa Insit, dalam rangka pernyempurnaan sistem pelaksanaan program RIS-PNPM yang didanai dari ADB ini kedepan,” ujarnya.
Sementara perwakilan dari Kementerian Keuangan RI, Syaiful, mengharapkan, Pemerintah Kepulauan Meranti dapat lebih mengoptimalkan sosialisasi program rencana pembangunan kepada masing-masing Direktorat Jenderal yang ada di setiap Kementerian Pusat.
“Terus update juga perkembangan pemekaran wilayah Desa dan Kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti. Sehingga dalam perencanaan dukungan program pembangunan dari Pemerintah Pusat, dapat diakomodir melalui setiap program yang ada di masing-masing Kementerian,” ucapnya.(HMS/SAN)

Friday, July 26, 2013

Kondur Petroleum SA


Kondur Siap Ekspolrasi 6 Sumur Baru


SELATPANJANG, PEKANBARUEXPRESS - Tahun 2010, BP Migas menetapkan target produksi minyak mentah Kondur Petroleum SA sebanyak 8.500 barel per hari. Untuk memenuhi target ini, perusahaan yang beroperasi di Kurau Kecamatan Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti ini, akan mengeksplorasi 6 sumur minyak temuan baru.
Hal itu diungkapkan Communication Superintendent (Comsup) PT Kondur Petroleum SA, Ahmad Suhartono, kepada sejumlah wartawan, Kamis (6/5) di Selatpanjang. Dikatakannya, saat ini PT Kondur Petroleum SA tengah mempersiapkan kegiatan drilling 6 buah sumur minyak temuan baru. Kegiatan pengeboran itu diharapkan dapat meningkatkan produksi, dan memenuhi target yang ditetapkan BP Migas.
"Saat ini kita hanya memproduksi 7400 barel minyak mentah perhari. Di tahun 2010 ini BP Migas meminta adanya peningkatan produksi itu, dengan menetapkan jumlah sebanyak 8500 barel perhari. Untuk memenuhinya, kita harapkan dapat diperoleh dari 6 buah sumur minyak baru, yang dalam waktu dekat akan dimulai pengeborannya," kata Ahmad.
Dijelaskannya, sejumlah persiapan sudah dilakukan untuk pelaksanaan pengeboran (drilling) 6 sumur baru tersebut, antara lain melatih 63 tenaga lokal (Non Skill Worker), yang dikontrak temporer oleh Perusahaan, selama kegiatan drilling berlangsung,
"Kita melatih 63 tenaga lokal (Non Skill Worker), untuk bekerja selama masa drilling 6 buah sumur minyak itu. Satu sumur minyak membutuhkan waktu drilling normal selama 1,5 bulan, namun bisa juga membutuhkan waktu lebih lama, tergantung kondisi sumur yang dibor tersebut," jelas Ahmad, yang juga didampingi Community Relation Officer, Maskur dan Comrel Officer, Budi Maridi.
Kendala umum, kata Ahmad, terdapat pada masalah pembebasan lahan dua titik sumur minyak yang akan dieksplorasi perusahaan. Dimana, lapangan minyak itu masuk dalam lahan milik Pemda juga Masyarakat,
"Di Lapangan Melibur MSJ 102 masuk lahan milik Pemda Kepulauan Meranti. Kami memperoleh informasi, pada prinsipnya pemda meranti merestui, namun mesti terlebih dahulu memenuhi ketentuan persyaratan perizinan lahan. Sedangkan di MSJ 103, perundingan pembebasan lahan masih berlangsung alot dengan masyarakat pemilik. Di dua areal itu, ada dua titik sumur minyak, yang masuk program drilling ini," ungkapnya.
Ahmad menambahkan, dengan beroperasinya eksplorasi 6 buah sumur minyak itu nanti, pihaknya menargetkan penambahan produksi sebanyak 1500 barel minyak mentah perhari,
"Mudah-mudahan poses pembebasan lahan dapat segera dituntaskan. Karena perusahaan telah menargetkan tambahan produksi dari 6 sumur itu sebanyak 1500 barel perhari," katanya. (Putra)



PT SaraRasa Biomass



Pertama di Indonesia, Kulit Sagu Menjadi Pelet

Selama ini kulit batang sagu yang hanya menjadi limbah atau bagian yang tidak termanfaatkan oleh pihak perusahaan pengolahan sagu ternyata bernilai ekonomis tinggi. Tak tanggung-tanggung kulit sagu atau yang sering disebut dengan uyung itu kini setelah diproduksi lagi menjadi pelet atau arang briket mampu menjadi salah satu potensi yang hanya satu-satunya diproduksi di Indonesia.
Adalah PT SaraRasa Biomass (FILANDIA) selaku pihak investor yang melirik uyung yang berada di Kepulauan Meranti sejak tahun 2012 lalu. Melihat uyung hanya menjadi sampah bagi perusahaan pengolahan sagu, baik berskala besar, maupun perusahaan pengolahan milik masyarakat tempatan. Perusahaan tersebut mengambil tempat di Dusun Tanah Kuning, Desa Bokor Kecamatan Rangsang Barat atau tepatnya di lokasi PT Unisraya. Peluang itu diambil oleh pihak perusahaan asal Finlandia yang menyatakan niat ingin mengelola kulit sagu menjadi pelet pada tahun tahun 2011 lalu. Setelah penjajakan dan melakukan komunikasi serta koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti, tanggapan terbuka langsung disampaikan Bupati Kepulauan Meranti, Drs Irwan Nasir MSi. Bahkan bupati daerah termuda itu langsung merangkul dan membantu penyelesaian segala kepengurusan izin perusahaan asing itu masuk ke Meranti. Bahkan tax holiday langsung diberikan kepada perusahaan tersebut. Berjalannya waktu hingga dengan segala persiapan, termasuk mendatangkan mesin pengolahan untuk menjadikan kulit sagu menjadi arang briket datang dari Finlandia. Akhirnya pada Selasa (11/6) dilakukan launching produksi pelet tersebut. Harapan besar produksi satu-satunya di Indonesia itu dapat menjadikan Kabupaten Kepulauan Meranti terbawa-bawa sebagai daerah yang paling terbuka terhadap masuknya berbagai sektor investasi di Indonesia.
‘’Kita akan selalu terbuka terhadap masuknya investasi di Meranti. Karean diyakini bisa membantu kita dalam mengatasi masalah pengangguran dan peningkatan ekonomi masyarakat,’’ kata Bupati Irwan lagi beberapa waktu lalu.
Membantu Masyarakat
Sebagai daerah yang menjadi pelopor dalam teknologi produksi bahan bakar bioenergi. Limbah sagu berupa kulit yang tidak dimanfatkan selama ini kini dimanfaatkan oleh perusahaan asal Finladia tersebut untuk memproduksi pelet yang akan diekspor ke luar negeri itu. Pelet itu kemudian diolah menjadi bahan bakar. Sementara bahan bakunya berupa kulit sagu akan terbuka bagi seluruh masyarakat yang ingin menjualnya ke pihak perusahaan. Untuk diketahui, selama ini pengolahan sagu dengan kapasitas besar maupun kecil pasti akan menyisakan limbah, baik padat maupun cair. Tak heran limbah pengolahan sagu menjadi permasalahan tersendiri bagi daerah-daerah yang memiliki kilang pengolahan sagu tersebut.
Biasanya limbah sagu yang sudah terakumulasi dibuang oleh para pengelola kilang ke sungai-sungai yang berada di sekitar kilang kilang sagu tersebut. Seperti limbah padat berupa uyung akan menjadi menggunung selama ini dan terbiarkan tanpa dimanfaatkan. Kondisi tersebut merupakan potensi tersendiri bagi daerah-daerah penghasil sagu, selain mendapatkan hasil dari pati sagu itu sendiri tetapi limbahnya pun dapat menjadi komoditi yang juga bernilai jika diolah dan dikemas sedemikian rupa. Uyung juga bisa diolah menjadi barang penghasil energi, yang menjadi sumber bahan bakar yang dikemas dalam bentuk arang briket. Peluang inilah yang sedang dilirik oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti saat ini. Berbagai peluang tersebut coba direbut dan dimenej sedemikian rupa oleh pemkab untuk mengembangkan potensi daerah yang merupakan penghasil sagu terbesar di Indonesia. Untuk uyung sendiri, petani sagu di Kepulauan Meranti bisa menjualnya dengan harga Rp75 ribu per meter kubik  kepada PT SaraRasa, perusahaan yang memproduksi bahan bakar jenis arang briket.
Irwan bersyukur atas kehadiran perusahaan yang bisa menjadikan limbah kulit sagu itu menjadi bahan kualitas ekspor. Dia juga menawarkan kepada investor itu agar bersedia membangun pembangkit listrik di Meranti dengan berbahan kulit sagu dan ampas sagu itu. Bupati Irwan juga menginstruksikan kepada seluruh jajaran Pemkab Meranti agar mendukung kepengurusan yang diperlukan oleh PT SaraRasa Biomass. Baik mengenai perizinan, transportasi dan lain sebagainya.
‘’Semakin maju perusahaan, maka secara otomatis akan membantu memajukan ekonomi masyarakat kita nantinya. Maka dari itu kita harus mendukung perusahaan ini, karena dengan begitu sama saja kita akan membantu masyarakat kita untuk maju dan berkembang,’’ ajak bupati.
Sebelumnya CEO PT SaraRasa Biomass dan CEO FinnFund, Saku Rantanen, saat launching mengatakan, perusahaan yang mereka bangun di Meranti menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang memanfaatkan limbah sagu. Perusahaan ini sangat ramah lingkungan dan memiliki masa depan yang cukup gemilang. Sebab bahan bakunya bisa diperbaharui di mana limbah yang mestinya sudah dibuang itu ternyata bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar ramah lingkungan sehingga mengurangi emisi gas karbon di udara.
‘’Mimpi kami saat ini menjadi nyata, kami harap semua pihak bisa mendukung usaha tersebut sehingga pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat akan kita raih nantinya. Perusahaan kami sangat menghargai lingkungan. Untuk itu SaraRasa hadir untuk memberi kemajun bagi Kepulauan Meranti,’’ ujar Rantanen.

Investasi di Riau, Sampoerna Targetkan Jadi Raja Sagu




Investasi di Riau, Sampoerna Targetkan Jadi Raja Sagu

Kompas.com, Setelah sukses menggeluti bisnis rokok, kini, keluarga Sampoerna mulai melirik untuk menekuni bisnis sagu. Februari silam, PT Sampoerna Agro Tbk melalui anak usahanya, PT Sampoerna Bio Fuels telah menandatangani kesepakatan jual beli 75,5 persen saham PT National Sago Prima. Saham ini akan dibeli seharga US$ 6,48 juta.
Seperti dikutip kontan.co.id, Selasa (8/6/2010), Langkah PT Sampoerna Agro Tbk menerjuni bisnis sagu tidak setengah-setengah. Mantan presiden RI BJ Habibie yang mendorong Putera Sampoerna untuk terjun ke bisnis ini sejak 10 tahun silam.
Alasannya, sebagai negara agraris, Indonesia jauh tertinggal secara kualitas dan teknologi dengan negara agraris lain. Maka, butuh pemodal besar yang berani terjun di bisnis ini. Sementara pada sisi lain, belum ada pemain sagu baik lokal maupun internasional yang cukup kuat taringnya.
Nah, untuk mencapai targetnya itu, Sampoerna Agro sudah menggarap beberapa lahan hutan sagu. Lahan seluas 22.000 ha di Selat Panjang Riau menjadi proyek sagu pertama Sampoerna Agro. Di atas lahan itu, telah tertanam sagu seluas 10.000 ha. Lahan sagu kedua Sampoerna terletak di Papua dengan luas 51.000 ha. Seluruh lahan itu telah tertanam sagu secara alami. Lalu lahan ketiga terletak di Sambas Kalimantan Barat seluas 15.000 ha. Perusahaan juga mengincar lahan seluas 6.000 ha di Lingga Riau.
Sari pati atau karbohidrat yang dihasilkan dari sagu lebih banyak ketimbang tanaman lainnya. Sekadar gambaran, satu hektar (ha) tapioka bisa menghasilkan 1,5 ton pati per tahun. Kentang bisa menghasilkan 2,5 ton per tahun, lalu jagung 5,5 ton per tahun, beras 6 ton per tahun. Sementara sagu mampu menghasilkan 25 ton per tahun.
Di Indonesia sendiri, tersedia 4 juta ha lahan yang berpotensi ditanami sagu. Berarti, dalam setahun Indonesia berpotensi menghasilkan 100 juta ton pati sagu yang setara dengan 20 juta ton hingga 25 juta ton bioetanol. Selain bisa menjadi energi terbarukan, sagu juga bisa menghasilkan beberapa produk turunan seperti tepung, gula cair, dan plastik daur ulang.
Untuk diketahui, saat ini Indonesia merupakan penyumbang 55 persen sagu dunia. Sabanyak 30 persen dari sagu Indonesia disumbang dari tanah Papua. Baru menyusul negara penghasil sagu terbesar yang lain yakni Papua Nugini 20 persen, Malaysia 20 persen, dan lain-lain 5 persen.
Potensi inilah yang mendorong Putera Sampoerna terjun ke bisnis sagu untuk diolah menjadi bahan bakar. Apalagi bahan bakar fosil semakin langka, cadangan minyak menipis. Perlu ada energi terbarukan. (*)



Budidaya Sarang Burung Walet



Sejak awal keberadaannya budidaya sarang burung walet menjadi primadona bagi masyarakat Kabupaten Meranti,terutama daerah kawasan Kota Selatpanjang.Dalam Jangka 10 tahun dari tahun 2000 sampai sekarang telah menjamur ratusan penangkaran burung walet.hal tersebut dikarena permintaan komoditas sarang burung walet sangat tinggi.Dari tempat ini sarang burung walet diekspor ke Singapore dan Hongkong(China).Ditempat ini harga sarang burung walet untuk kualitas terbaik bisa mencapai 20 juta per kg,walaupun disinyalir pola perdagangan melalui Black Market.Pedagang atau perantara biasa mendatangi langsung ke lokasi lokasi produsen sarang walet dan perkilonya dihargai cuma 9 - 12 juta per kg,Nilai itu jauh berbeda bila sarang burung walet dikelolah sendiri dan dijual langsung ke pusat perdagangan yang ada di Singapore dan Hongkong.
Tempat atau rumah penangkaran burung walet di daerah kawasan kota Selatpanjang,pada umumnya dimiliki oleh masyarakat yang dimiliki kemampuan finansial yang mapan,karena untuk membangun satu rumah biasa(kayu) perlu dana sekitar 100 juta untuk ukuran 5x10x12 m.Biaya sebesar itu untuk komponen: Upah borongan tenaga kerja sekitar 25 juta,bahan baku kayu 17 juta, dan sisanya untuk perangkat budidaya itu sendiri.Pemelihara rumah walet tidak terlalu sulit kecuali pada saat awal dengan memasang perangkap suara buatan dan membuat sumber makanan walet dari nanas yan mulai membusuk.



Perikanan



Masyarakat Kepulauan Meranti,khususnya daerah pesisir pantai Pulau Rangsang memiliki ketergantungan tinggi terharap produk produk perikanan hal itu sebagai produk yang diperdagangkan lokal sebagai sumber pemasukan pendapatan bagi masyarakat setempat.Setidaknya terdapat 47 spesies ikan yang telah dikenal sebagai ikan tangkapan masyarakat.Di antara ikan spesies yang dikenal ditangkapan masyarakat juga merupakan ikan komsumsi yang dikenal luas dan diperdagangan di restoran-restoran besar baik di Riau maupun Luar Riau,antara lain Baung,Patin,Selais dan Toman.Ikan ikan tersebut sangat potensial untuk dibudidaya sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat Meranti khususnya masyarakat Pulau Rangsang.


Perdagangan




Pohon Sagu / Metroxylon sago Meranti merupakan daerah penghasil sagu terbesar di Indonesia. Survei potensi industri dan perdagangan pada sektor industri mikro kecil terakhir kali dilakukan pada kabupaten yang memiliki empat pulau besar itu yakni Pulau Padang, Pulau Merbau, Pulau Rangsang, dan Pulau Tebing Tinggi menyebutkan industri rumah tangga hampir merata terdapat disetiap kecamatan.
Sebagian besar industri rumah tangga itu terdapat di Kecamatan Tebing Tinggi dengan jumlah 234 unit usaha, kemudian disusul Kecamtan Rangsang Barat 114 unit usaha, Kecamatan Rangsang 109 unit usaha, Kecamatan Merbau 38 unit usaha dan Kecamatan Tebing Tinggi Barat 37 unit usaha
Usaha yang digeluti itu antara lain anyaman tikar pandan, atap rumbia, pembuatan tempe, makanan ringan, arang, perabotan rumah tangga, batu bata, batako, pembuatan perahu/sampan, kopra, tepung sagu, mie sagu, sagu rendang, dan kopi.
Sebagian produk dari industri rumah tangga itu juga dipasarkan ke luar daerah, seperti Batam, Cirebon bahkan sampai ke negeri jiran Malaysia dan Singapore dalam bentuk industri hulu.


Industri Pengolahan Arang Bakau




Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan,jumlah lokasi dan kapasitas produksi perusahaan industri arang bakau adalah :

22 perusahaan berlokasi di Kecamatan Tebing Tinggi dengan kapasitas produksi 2.710/ton.
14 perusahaan berlokasi di Kecamatan Rangsang dengan kapasitas produksi 1.540/ton
11 perusahaan berlokasi di Kecamatan Merbau dengan kapasitas produksi 1.300/ton


Terus menipisnya kawasan area hutan bakau menjadi perhatian serius pemerintah karena disamping adalah menyangkut mata pencaharian masyarakat setempat untuk dimanfaat sebagai industri pabrik arang disisi lain juga menyangkut kerusakan ekosistem mangrove itu sendiri apabila terus di eksplotasi,hal ini di karena maraknya pengelolaan hutan bakau secara liar, menyebabkan kawasan hutan bakau terus menyempit setiap tahunnya.
Kerusaknya hutan bakau yang menjadi penyangga kawasan pantai menyebabkan terjadi abrasi di kawasan Kepulauan Meranti yang terjadi sepanjang tahun,terutama di kawasan barat dan utara pesisir pantai pulau rangsang,padang,dan merbau dan pesisir pantai kota Selatpanjang. abrasi yang bermuara dari rusaknya kawasan hutan bakau di pantai tidak hanya merusak tekstur pantai. Di sisi lain, dengan rusaknya kawasan hutan bakau, turut berdampak buruk pada eskosistem perairan pantai. Biota-biota pantai yang dulunya banyak ditemukan dan dijadikan sebagai sumber penghidupan masyarakat pantai, secara perlahan ikut musnah. Rusaknya eksositem ini menyebabkan terputusnya mata rantai makanan biota pantai yang kemudian menyebabkan matinya sejumlah biota pantai seperti udang dan ikan-ikan









Perkebunan dan Industri Sagu



Meranti termasuk salah satu Kawasan Pengembangan Ketahanan Pangan Nasional karena penghasil sagu terbesar di Indonesia. Selain itu masih ada kelapa, karet, kopi, pinang dan perikanan. Luas area tanaman sagu di Kepulauan Meranti ( 44,657 Ha / 2006 )yaitu 2,98% luas tanaman sagu nasional.Perkebunan sagu di Meranti telah menjadi sumber penghasilan utama hampir 20% masyarakat Meranti.Tanaman sagu atau rumbia termasuk dalam jenis tanaman palmae tropical yang menghasilkan kanji (starch) dalam batang (steam). Sebatang pohan sagu siap panen dapat menghasilkan 180 – 400 kg tepung sagu kering. Tanaman sagu dewasa atau masak tebang (siap panen) berumur 8 sampai 12 tahun atau setinggi 3 – 5 meter. (Jong Foh Soon, Ph.D, PT National Timber Forest product) Produksi sagu (Tepung Sagu) di Kepulauan Meranti pertahun mencapai 440.339 Ton (tahun 2006). Produktivitas lahan tanaman sagu per tahun (kondisi eksisiting) dalam menghasilkan tepung sagu di Kepulauan Meranti mencapai 9,89 Ton/Ha.
Pada tahun 2006 di Kepulauan Meranti 440.000 ton lebih tepung sagu dihasilkan dari pabrik pengolahan sagu (kilang sagu). Tak didapat data pasti mengenai jumlah kilang dan kapasitas kilang pengolahan, namun diperkirakan terdapat 50 kilang sagu dengan mengunakan teknologi semi mekanis dan masih memanfaatkan sinar matahari untuk pengeringan (penjemuran). Terdapat dua kilang sagu yang telah beroperasi dan memproses sagu secara modern dengan kapasitas desain 6.000 dan 10.000 Ton tepung sagu kering per tahun.
Selain itu limbah dari pengolahan tual sagu berupa kulit batang sagu (ruyung), dapat dikembangkan jadi bio energi sebagai pengganti minyak tanah ataupun dibuat pellet sebagai bahan pencapur bahan bakar batubara untuk keperluan ekspor ke Eropa yang mulai dilirik investor Finlandia.









Tuesday, July 23, 2013

Pertumbuhan Ekonomi







Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Meranti pada tahun 2009 yaitu sebesar 6,59 persen,dibandingkan dengan tahun 2008 berkisar 7,34 persen. PDRB per kapita dan pendapatan regional per kapita tahun 2009 mengalami peningkatan. Atas dasar harga berlaku,PDRB per kapita tahun 2008 sebesar Rp 20,67 juta menjadi Rp 24,43 juta pada tahun 2009. Atas dasar harga konstan 2000, PDRB per kapita tahun 2009 mengalami peningkatan dari sebesar Rp 6,13 juta pada tahun 2008 menjadi Rp 6,46 juta pada tahun 2009. Nilai ekspor di Kabupaten Kepulauan Meranti hingga Desember 2009 mencapai US$ 10.759.426 . Nilai ekspor tersebut hanya dari Pelabuhan Selatpanjang. Nilai impor di Kabupaten Kepulauan Meranti selama 2009 mencapai US$ 155.313 melalui pelabuhan Selatpanjang.

bup